Jumat, 24 April 2009

Fisatoteles, jenius tapi dungu


di dunia, kita sudah banyak sekali mengenal ilmuan-ilmuan, seperti albert einstein, aristoteles & marie curie. mereka sudah benar-benar berjasa pada hidup di dunia. temuan-temuan mereka benar-benar mengubah dunia ini yang tadinya kelam tanpa ilmu menjadi cerah dengan modern-era. tapi, bagaimana jadinya kalau ada ilmuan yang jenius, tapi dungu? apakah temuan-temuannya akan bisa mengubah dunia menjadi lebih baik, ataukah malah semakin buruknya dengan teknologi yang merusak bumi? nyatanya, ilmuan itu ada di dekat kalian, bernama fisatoteles. lahir dengan nama albert jawa alfysa curie, fisatoteles menunjukkan bakat-bakat luar biasa sejak ia masih kecil. memang mungkin banyak, tapi seorang fisatoteles sudah ingin segera bersekolah saat usianya masih 2 tahun. dan genap satu tahun kemudian, dia sudah hampir menguasai huruf abjad dan angka-angka, meskipun masih linglung. tapi, nyatanya saat ia masuk sekolah, kinerja otaknya malah terus menurun, meskipun usahanya dalam belajar tetap meninggi. saat usianya genap 6 tahun, dokter memvonis bahwa fisatoteles akan menjadi anak dungu. tapi, karena semangatnya dalam belajar kemampuan otaknya kian membaik dan membaik. hingga akhirnya mulai mengerti operasi al-jabar setelah perlu belajar hingga 5 tahun, dia mulai menunjukkan bakatnya yang terpendam di bidang sastra. sedih, saat usianya baru genap 26 tahun, fisatoteles harus meninggal dunia karena fungsi otaknya sudah benar-benar mencapai titik nol. saat itu, tahun 1996, tanggal 1 februari. bertepatan dengan kelahiranku, alfys dwikatama.

bertempat di rumah sakit yang sama, fisatoteles dan saya berbarengan. yang satu wafat dan yang satu hidup. akhirnya, dua arwah yang masih melayang-layang di udara bercampur jadi satu. dokter bilang hidupku punya dua nyawa, nyawa asliku dan nyawa fisatoteles. nyawaku hanya 40% dan nyawa fisatoteles hidup sebesar 60%. mungkin itulah, yang membuat kinerja otak saya hampir sama dengan kinerja fisatoteles. mungkin, yang beda saya tidak memiliki gangguan apapun pada otak saya, tapi saya hanya pelupa saja. dan, alhamdulillah, bakat jeniusnya juga ikut terkubur di tubuhku yang sebegininya. nyawa fisatoteles, kenapa tidak bisa sejenius fisatoteles? aku harus berusaha, mengeluarkan bakat dari nyawa fisatoteles yang ada di tubuh saya. saatku mulai bersekolah, bakat fisatoteles sudah mulai muncul sedikit sedikit dari tubuhku. alhamdulillah, aku berhasil meraih ranking 1 dari kelas 1 hingga kelas 6 di sekolah dasar. lanjut ke sekolah menengah pertama, ternyata sisi nyawa fisatoteles yang lain, yaitu dungu mulai menggeriliya di hidup saya. saya terlalu banyak terfokus pada teknologi yang memakan habis zaman. nyatanya, dua sisi nyawa fisatoteles, jenius dan dungu, berinteraksi dengan cukup adil pada tubuh saya ini. saya dungu, tetapi masih jenius. semoga saja, bakat fisatoteles yang jenius terus menggerogoti saya hingga saya bisa jadi ilmuan sejati.

***
AMIEEENNN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar