hanya ada tiga kata untuk menggambarkan film Ketika Cinta Bertasbih. two, thumbs dan up. mari kita acungkan dua jempol untuk film ini.
saya kira film ini tidak akan lebih baik dari pendahulunya yakni Ayat-Ayat Cinta, tapi ternyata tidak. film ini, menurut saya, jauh lebih baik dibandingkan AAC. selain syuting-nya langsung di Mesir, tema, amanat dan tutur cerita film Ketika Cinta Bertasbih pun lebih baik dibandingkan Ayat-Ayat Cinta yang terlalu menonjolkan sisi cinta.
berkisah seputar kehidupan khairul azzam, pemuda asal solo yang berkuliah di Al-Azhar. selama sembilan tahun ia hidup di Mesir, selain untuk berkuliah juga menghidupi keluarganya di indonesia yang ditinggal mati sang ayah. ada pula tokoh-tokoh seperti furqan (sahabat azzam), eliana (putri dari kedubes indonesia), anna (gadis anggun pujaan hati azzam) dan sahabat-sahabat azam satu rumah.
***
yang saya cermati setelah menonton film ini, amanat utamanya bukanlah seputar persoalan cinta. mungkin. yang saya telaah adalah dimana kehidupan 180 derajat berbeda antara azzam dan furqan. azzam adalah lelaki miskin, tak berbiaya. namun karena semangat juang, mandiri, rajin beribadah, dan tentunya kasih sayang keluarga di solo yang seringkali surat-menyurat, azzam tak pernah didera masalah yang hebat.
sedangkan furqan, lelaki kaya. sahabatnya. dia hidup bermewah-mewah, tinggal di apartemen mahal, meskipun sama-sama rajin beribadah. spesifik utamanya tidak ada kasih sayang dari keluarganya di jakarta. saat furqan akan menjadi master al-azhar, orang tuanya tidak datang dengan alasan kakak furqan hamil tua. hingga jadinya, furqan terkena virus AIDS setelah dibius oleh Miss Italiana.
mungkin banyak yang berkata Ayat-Ayat Cinta lebih baik, tetapi menurut saya Ketika Cinta Bertasbih jauh lebih baik dibandingkan pendahulunya. belum lagi opening-nya juga cukup baik, yaitu setting Mesir. dan ending-nya berakhir dengan "Ketika Cinta Bertasbih 2 : Coming Soon".
saya akui memang kurang suka dengan film 'cengeng' layaknya Ayat-Ayat Cinta. terlalu banyak tumpahan air mata dimana-mana. kesengsaraan selalu menggerogoti fahri, tokoh utama AAC. dan dapat ditebak ending-nya pun bahagia, meskipun kembali tangisan mewarnai kematian maria, istri kedua fahri.
bandingkan dengan Ketika Cinta Bertasbih. kesederhanaan begitu terlihat, jika kita menyosok kepada seorang azzam. saat setting berubah ke rumahnya di solo, keharmonisan begitu terlihat. kedua adik azzam, husna dan lia selalu bertutur hormat kepada ibunya. sang adik, sarah pun begitu, meskipun saat ini ia sedang bersekolah di pesantren daerah Kudus. di Mesir, azzam hidup bersama sahabat-sahabat yang usianya di bawah dari azzam, dan mereka memanggil azzam dengan kata 'abang'. sungguh pesona film yang sangat luar biasa.
dan tentunya, saya acungkan banyak jempol untuk pengarang dua kisah itu. Habbiburahman El Shirazy, yang biasa dipanggil Kang Abik. menurut saya dia sangat hebat. selain karena islam-nya kuat, dia juga berhasil menciptakan kisah-kisah epik. sungguh sulit dibayangkan untuk membuat kisah dramatis layaknya Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih. mungkin Andrea Hirata, sang "Laskar Pelangi" adalah kalangan muda yang berhasil menyaingi Kang Abik.
satu lagi, menurut saya, keunggulan Ketika Cinta Bertasbih satu lagi dari soundtrack-nya. Melly Goeslaw berhasil menyanyikan lagu yang menurut saya lebih baik dibandingkan AAC-nya Rossa, yang juga diciptakan mbak melly. tapi soundtrack KCB saya rasa lebih enerjik dibandingkan AAC. menurut saya, lagu AAC terlalu slow. mungkin pandangan orang lain bisa berbeda dari saya. tapi yang saya rasa begitu.
dan karena film KCB pula, saya jadi tertarik untuk berkuliah di Al-Azhar, Kairo kelak. saya rasa hidup di Mesir sangatlah nyaman meskipun cuacanya "sangat" panas. doakan semoga saya mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Al-Azhar. amien...
dan terakhir, sekali lagi saya ingin acungkan dua jempol saya untuk film Ketika Cinta Bertasbih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar