dari judul di atas, kalian akan menganggap bahwa saya sedang mengalami masa-masa tersulit dan tersuram di dalam hidup saya ini. saya sedang berada di jalan buntu, dengan kondisi yang sangat kritis, tengok depan belakang hampa, dan tengok kiri kanan penuh kekecewaan. tentu saja itu tidak terjadi pada saya, saat ini.
saya sedang merasa bahagia, tetapi juga tak pantas disebut kebahagiaan. saya sedang merasa senang, tetapi sangat tidak pantas disebut kesenangan. ini hanya tentang selembar kertas, di sebuah buku yang berwarna biru itu. selembar kertas yang tersusun dengan rapi, beberapa nilai. nilai yang ditulis dengan tinta pena, yang tidak dapat diedit ulang alias dihapus. nilai yang sudah permanen.
lalu, apa hubungannya selembar kertas di sebuah buku berwarna biru, dengan kondisi bahagia yang tak pantas disebut kebahagiaan? ya, semua itu terjadi pada hari ini. hari sabtu, acara pembuka weekend, yang biasa dilalui oleh anak muda layaknya saya dengan cerah. tapi, kali ini tidak. tapi juga, dikatakan suram tidak, dikatakan cerah tidak. hanya mendung.
buku berwarna biru itu, yang lebih simple kita sebut saja buku rapor, dibagikan kepada tiap siswa, hari ini. berarti, ini adalah hari yang paling menentukan bagi saya, naikkah saya ke kelas selanjutnya, yaitu kelas delapan? atau mungkin baguskah nilai-nilai saya?
buku rapor itu, tentunya, dibagikan di sekolah di jalan sumatera nomer 40, atau supaya tidak banyak ribet, katakan SMPN 5 Bandung, sekolah tempat saya bernaung selama ini. ibu, dan adik, dua orang yang ikut terjun ke lapangan untuk menyaksikan perjuangan selama satu tahun, yang dipersingkat dengan selembar kertas.
datang ke sekolah dengan situasi yang "cukup" terlambat, tetapi seperti biasa, kita (saya, ibu, dan adik saya) berjalan dengan gaya fresh. tidak terlalu terburu-buru untuk segera melihat selembar kertas di buku rapor itu. ibu saya, mungkin, sudah percaya diri bahwa nilai yang akan saya dapatkan, minimal, lebih baik dari sebelumnya. sebelumnya, saya di rapor sementara mid semester, mendapatkan nilai yang sangat buruk, bagi saya dan keluarga, tetapi menurut orang lain itu sih lumayan. sudah, tidak perlu dibahas.
memasuki kelas tujuh dimana saya bersukaduka, yaitu 7G, ternyata kondisi kelas sudah "hampir" kosong melompong. saya sudah ketinggalan berita. saat ibu dan adik saya masuk ke dalam kelas, lalu siswa-siswi 7G lainnya yang sudah mendapatkan buku rapor itu, berkata pada saya.
" Wuiihhh ... Fysa ranking enam!!!"
saya kaget. saya termenung, meski masih tetap berjalan dan dengan posisi tegak. ranking enam? sungguh terlalu. hanya posisi enam-kah yang saya dapatkan setelah perjuangan habis-habisan selama satu tahun ini? lalu, saya mencoba untuk tegar, dan bersabar. memang saya sudah tahu, target ranking satu, yang merupakan target utama, tidak mungkin bisa terkejar, karena wali kelas kita sendiri, Ibu Eva Dianawati, sudah memberitahukan bahwa Siti Zahrah tidak bosannya duduk di tahta pertama. lalu, saya mencoba target tiga besar. tetapi saya berfikir, tiga besar adalah jarak yang jauh untuk dapat loncat tinggi dari posisi kedelapan, podium yang saya miliki saat mid semester. lalu saya mematok target lima besar, yang berarti target terakhir untuk dapat aman di OSIS. saya berfikir, "saya pasti bisa untuk mengejar posisi lima". sayangnya, gagal juga. meskipun memang hanya berbeda satu ranking, dan satu poin dari jumlah nilai dengan Shabrina Nur Amalina, si ranking lima, tetapi itu tetap menentukan. saat ini posisi saya di OSIS tidak aman. tapi, ya begitulah, saya tidak terlalu mementingkan itu. karena obsesi saya sebagai Ketua OSIS sudah tidak mungkin dapat tercapai, dengan alasan minimal seorang Ketua OSIS meraih ranking satu, atau dua. sulit bagi saya untuk mencapai obsesi itu.
ibu saya, yang mengambilkan buku rapor itu, belum saja keluar. lalu, saya akhirnya memutuskan untuk meminjam saja daftar ranking kelas 7G pada Lia Nurul Sakinah, yang beruntung dia masih dapat duduk santai di ranking empat. ya, di tabel teratas, nama Siti Zahrah tercantum. dengan nilai terendahnya sebesar 79, dan total nilainya 948. berturut-turut di ranking dua dan tiga, saya melihat tabel dengan tulisan bercantum Ulfah Hasanah (di nomor kedua) dan Dila Fauziah (di nomor ketiga). oke, belum ada kejutan. ketiganya pantas masuk 3 besar, semua anak-anak yang rajin. lalu saya coba menjamak 10 besar. di ranking keempat, Lia Nurul Sakinah, seperti yang sudah saya ceritakan tadi, bertengger. satu tabel dibawahnya ada Shabrina, si penghancur mimpi OSIS saya, yaitu ranking lima. lalu, di tabel berikutnya, ada nama R.M.Alfysa Dwikatama. sedih saya melihatnya. berturut-turut tabel di bawah saya hingga posisi kesepuluh adalah Riansya Pamusti, Dhiva Azhara, Ananda Dwi Nurhayati, dan Puti Rahmi Arief. tapi, saya kembali berfikir. ternyata saya tetap menjadi anak terpintar (oops..sombong!) di Kelas 7G untuk kategori laki-laki. pada mid semester kemarin, saya hanya ada di ranking ketiga kategori laki-laki, dibawah Isham dan Riansya. kali ini, semua saya gusur. HAHA!
setelah melihat daftar dengan diselingi dengan komentar cipika cipiki, tetap saja ibu saya belum keluar kelas. lalu saya tengok jendela, dengan catatan, OH ibu saya, selaku sekretaris komite kelas sedang mengadakan rapat komite. bisa dimaklumi. lalu, Ibu Eva meminta saya untuk membagikan souvenir (yang kesepuluhnya dibeli oleh saya) untuk para guru-guru yang sudah mengajar di 7G. setelah berkeliling-keliling, tinggal dua souvenir yang tersisa, untuk Pak Aden dan Ibu Midah. akhirnya saya titipkan saja kepada Ibu Eva kedua souvenir itu. lalu, saya kembali berkeluh kesah, di atas tatapan saya yang memandang kembali daftar ranking 7G.
lalu saya melihat jajaran nilai saya. hm. cukup puas. nilai Agama saya berhasil menjamak angka 89, dengan catatan ada satu ulangan dimana saya harus susulan (tapi dapet 90 sih). lalu saya bergeser ke baris berikutnya. PKn. wow! Ibu Itoh dan Ibu Midah sudah memberikan kepercayaan untuk menjunjung angka 92, rekor tertinggi di kelas kami untuk nilai PKn. WUIH! terima kasih. bergeser lagi, ada B.Indonesia. Ibu Watie, guru paling berkesan bagi saya (yang nanti akan saya buat artikelnya di blog ini), ternyata memang benar-benar sayang pada saya. dia dengan begitu baiknya memberikan angka 89 kepada saya, sebuah angka yang cukup krusial bagi saya yang kadang berbuat banyak kesalahan di pelajaran ini. tapi, ya begitulah kita. Ibu Watie, saat saya temui pada hari ini pula, berkata bahwa inilah Ikatan Soulmate, seorang guru dengan siswanya. tapi dengan catatan, yang mendapatkan nilai 89 tidak sedikit pula. lalu bergeser ke Matematika. ow! kali ini saya gagal. tidak terlalu gagal, tapi sangat JeULeXx. hanya angka 77, dari satu tahun saya mengabdi pada Ibu Nani, pengajar matematika di kelas saya. 77? angka yang kecil bukan. tapi saya sudah sadar, bahwa memang saya, di awal-awal semester dua, mendapatkan kesulitan, kesalahpahaman dan keburukan di pelajaran matematika semester dua. saat tahu nilai di mid semester hanya 63, lalu saya bertaubat. saya mengikuti les privat dari bimbingan belajar SMART. saya memang jadi lebih mengerti sejak saat itu, tetapi, ya memang saya terlambat panas untuk pelajaran matematika, baru memulai serius sejak April yang lalu. jadi, hanya 77 yang saya dapatkan. tak apa, saya akan berusaha lebih baik di kelas delapan nanti. lalu, IPA. seperti sudah saya prediksi, nilainya akan kembali buruk, sama seperti di mid semester. meskipun meningkat, tentunya. satu tahun itu dihargai dengan 79, saja. nilai yang menurut saya sangat buruk (menurut saya buruk jika ada angka di bawah 80). tentu saja, yang jadi batu sandungan adalah Kimia dan Biologi Bab Sel. dua batu sandungan. yang lainnya, saya dengan sangat insya allah mengerti. tapi, dua batu itu, sulit. untuk itu, kelas delapan saya akan les privat kimia juga. siap-siap saja! oke, perbaiki nanti, kelas delapan. lalu saya bergeser ke pelajaran berikutnya, IPS. lega yang teramat sangat saya dapatkan. pengabdian selama satu tahun itu dihargai dengan angkaa 96 untuk pelajaran ini. sungguh lega. masih ada ternyata yang nilainya di atas 95. tapi, setelah bergeser ke pelajaran berikutnya, Seni Budaya? hanya 78!! nilai yang sangat tragis untuk pelajaran kesenian yang rata-ratanya 80. saya coba mengingat memori nilai-nilai saya. sepanjang semester satu, rata-rata nilai saya hampir 85. semester dua, ayo kita ingat! nilainya secara berurut adalah 80, 90, 80, 80, dan 75. jika dirata-ratakan nilai yang didapat adalah 81. ya 81. tapi, mengapa 78!??!? lalu saya berfikir, oiya! saya, pada tiga tugas itu, mengumpulkannya pada waktu yang teramat terlambat. haduh, sayang. padahal nilainya dapat dikategorikan baik. sayang. mungkin juga ditambah angka seni musik, yang menurut saya angka terbesar yang akan saya dapat hanya 80, dan kemungkinan terkecil adalah 75. ini menjadi perdebatan antara saya dan ibu saya pada saat kita pulang, tapi itu tidak perlu diceritakan. dan di pelajaran berikutnya, Penjaskes. ya, dihargai dengan 82. untuk ukuran saya yang berenang gaya bebas dengan angka 16 detik selama satu keliling ini (rendah diri atau sombong? hehe) angka 82 sudah cukup bagi saya. lalu, ke pelajaran TIK. angka yang saya dapat adalah 84! wuih! tapi, untuk ukuran saya yang mengetik 10 jari dengan nilai sempurna yaitu 100 dan nilai presentase diatas angka 90, apakah nilai 84 cukup? bagi saya cukup. tapi bagi ibu saya, tidak cukup katanya. dan terakhir, pelajaran B.Sunda. saya lihat nilai angka saya 80. tidak apa-apa, karena kebanyakan angka yang didapat oleh siswa-siswi 7G adalah berkutat di 75 hingga 85. dan saya lihat atas bawah nilainya 80. puas? tidak sih. tapi bahagia. tapi tidak pantas juga disebut bahagia. yang penting total nilai yang saya dapatkan adalah 934, yang rata-ratanya adalah 84,909090 dan dibulatkan menjadi 85. angkanya cukup tinggi, tapi tidak setinggi pada saat semester satu, sewaktu saya masih rajin dan meraih ranking ketiga dengan rata-rata 86. tak apa, turun setitik.
tapi, bagaimanapun saya tidak puas dengan hanya ranking enam, tapi tidak pantas juga kalau saya tidak bahagia mendapatkan kenaikan ranking ini. dan akhirnya, saya, ibu dan adik saya pulang dengan hati yang cukup lega. lalu, di dalam mobil. saya membuka buku rapor saya. lalu disamakan dengan daftar ranking. ternyata ada yang BEDA! di buku rapor nilai IPS saya adalah 97, tetapi di daftar ranking adalah 96. berarti, saya adalah ranking LIMA. LIMA, asyik! insya allah OSIS aman, sudah di tangan. meskipun secara kenyataan saya tetap harus berbagi dengan Shabrina Nur Amalina. tak apa.
lalu saya berlari dengan begitu bahagianya menuju ke ruang kelas kembali, lalu saya segera menuju meja Bu Eva, yang sedang menerima konsultasi dari Ibunda Gita. lalu saya mengeluh kepada Ibu Eva, dan ternyata memang terbukti! yipee, nilai IPS saya adalah 97. dan catatan terakhir, saya ranking LIMA! lima besar, target itu tercapai. alhamdulillah. sujud syukur saya panjatkan pada-Mu Ya Allah. setelah daftar ranking ditandatangan dengan bukti bahwa saya adalah ranking lima, lalu saya kembali ke mobil Avanza milik keluarga saya, yang dikendarai oleh ibunda dan adikhanda. lalu, saya berkata pada ibunda, "Bu, beneran ranking lima, lho! udah diresmiin sama Bu Eva!". asyeeek! jumlah nilai saya akhirnya adalah 935, dan rata-ratanya pas 85. tanpa ada pembulatan
dan, dengan begini, saya sekarang memegang
RANKING LIMA *meskipun harus berbagi dengan Shabrina, yang juga ranking-nya sama.
tetapi, lalu saya merasa bahwa saya terlalu sombong dengan hanya prestasi satu tahun belajar di ranking lima. lalu, saya bertaubat. matematika dan ipa, adalah dua pelajaran yang saya patok di kelas delapan nanti. saya sudah teguh akan mengikuti jalur privat bimbingan belajar SMART (nggak teguh-teguh amat sih). lalu, saya sudah menyadari, saya tidak boleh terlambat mengumpulkan tugas, terutama Seni Budaya. dan, tentu saja saya harus lebih meningkatkan nilai mata pelajaran yang sudah tergolong baik. oke, semangat!
semangat menyongsong kelas delapan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar